Senin, 12 Maret 2012

KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

A. PENGERIAN
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten dan kerja sama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered Nurse First Assitant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung dengan baik di negara-negara amerika utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di indonesia masih belum sepenuhnya tepat. Peran perawat sebagai RNFA diantaranya meliputi penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan pemberian hemostatis.
Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan, informasi mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dan perawat anastesi, serta perawat bedah dan dokter bedahnya. Selain itu segala macam perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien di unit perawatan pasca anastesi (PACU) seperti perdarahan, temuan yang tidak diperkirakan, permasalahan cairan dan elektrolit, syok, kesulitan pernafasan harus dicatat, didokumentasikan dan dikomunikasikan dengan staff PACU.

B. FUNGSI KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
Selain sebagai kepala advokat pasien dalam kamar operasi yang menjamin kelancaran jalannya operasi dan menjamin keselamatan pasien selama tindakan pembedahan. Secara umum fungsi perawat di dalam kamar operasi seringkali dijelaskan dalam hubungan aktivitas-aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator).
Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi. Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan, suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum, selama dan sesudah operasi. Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran teknik asepsis sambil mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga medis, rontgen dan petugas laboratorium). Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi untuk menjamin keselamatan pasien.
Aktivitas perawat sebagai scrub nurse termasuk melakukan desinfeksi lapangan pembedahan dan drapping, mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus yang dibutuhkan untuk pembedahan. Selain itu perawat scrub juga membantu dokter bedah selama prosedur pembedahan dengan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan seperti mengantisipasi instrumen yang dibutuhkan, spon, kassa, drainage dan peralatan lain serta terus mengawasi kondisi pasien ketika pasien dibawah pengaruh anastesi. Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen sudah dihitung lengkap
Kedua fungsi tersebut membutuhkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan perawat tentang anatomi, perawatan jaringan dan prinsip asepsis, mengerti tentang tujuan pembedahan, pemahaman dan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dan untuk bekerja sebagai anggota tim yang terampil dan kemampuan untuk menangani segala situasi kedaruratan di ruang operasi.


C. PRINSIP-PRINSIP UMUM
1. Prinsip Kesehatan dan Baju
a. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan;
b. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi;
c. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman;
d. Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher termasuk cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril;
e. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan penutup sepatu sekali pakai atau kanvas;
f. Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.

2. Prinsip Asepsis Perioperatif
a. Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi;
b. Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan;
c. Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara periodik.

3. Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit/tangan

4. Prinsip asepsis personel
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga menghilangkan atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan (infeksi nosokomial).
Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.

5. Prinsip asepsis pasien
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping.

6. Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.

D. PROTOKOL KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai pakaian operasi yang boleh menyentuh benda-benda steril.

E. PERATURAN DASAR ASEPSIS BEDAH
1. Umum
a. Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat area steril terkontaminasi
b. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap tidak steril atau terkontaminasi
c. Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk pasien ini. Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.
2. Personal
a. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan
b. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril; dari bagian depan pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan (tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang
c. Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas area steril
d. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril
3. Penutup/Draping
a. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang
b. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril
c. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah
d. Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan yang tidak steril di bawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.
4. Pelayanan Peralatan Steril
a. Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi lainnya
b. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga
c. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril
d. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril.
5. Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan yang tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan (bila permukaan steril menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi).

F. AKTIVITAS KEPERAWATAN SECARA UMUM
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :
a. Safety Management
b. Monitoring Fisiologis
c. Monitoring Psikologis
d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care Safety Management

Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :
1. Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu. Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah:
a. Daerah operasi
b. Usia
c. Berat badan pasien
d. Tipe anastesi
e. Nyeri : normalnya nyeri dialami oleh pasien yang mengalami gangguan pergerakan, seperti artritis.

Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi.
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien meliputi :
a. Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh
1) Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.
2) Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal : Lamninectomy
3) Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering digunakan untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis
4) Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy
5) Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
6) Pemajanan area pembedaha
7) Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drappin.
b. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
1. Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
2. Memasang alat grounding ke pasien.
3. Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
4. Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

c. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan meliputi :
1. Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
2. Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll.
3. Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar). Dukungan psikologis yang dilakukan antara lain :
1. Memberikan dukungan emosional pada pasien
2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
3. Mengkaji status emosional klien
4. Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)

Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care
Tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Memanage keamanan fisik pasien
2. Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

G. TIM OPERASI
Setelah kita tahu tentang aktivitas keperawatan yang dilakukan di kamar operasi, maka sekarang kita akan membahas anggota tim yang terlibat dalam operasi. Anggota tim operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota tim steril dan anggota tim non steril. Berikut adalah bagan anggota tim operasi :
a. Steril :
1. Ahli bedah
2. Asisten bedah
3. Perawat Instrumentator (Scub nurse)
b. Non Steril :
1. Ahli anastesi
2. Perawat anastesi
3. Circulating nurse
4. Teknisi (operator alat, ahli patologi dll.)
c. Surgical Team:
Perawat steril bertugas :
1. Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk operasi.
2. Membatu ahli bedah dan asisten saat prosedur bedah berlangsung
3. Membantu persiapan pelaksanaan alat yang dibutuhkan seperti jatrum, pisau bedah, kassa dan instrumen yang dibutuhkan untuk operasi.
d. Perawat sirkuler bertugas :
1. Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi aktivitas keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.
2. Mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman
3. Menyiapkan bantuan kepada tiap anggota tim menurut kebutuhan.
4. Memelihara komunikasi antar anggota tim di ruang operasi.
5. Membantu mengatasi masalah yang terjadi.

Jumat, 09 Maret 2012

penyediaan air bersih

PENDAHULUAN
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di Negara – negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter per hari.
Di antara kegunaan – kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah untuk minum,. Oleh karena itu, untuk keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agak air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan tergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industry, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.

PEMBAHASAN
A. Standar Air Bersih dan Aman

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c. Tidak berasa dan tidak berbau
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga
e. Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen kesehatan RI

Berikut standar-standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia, menurut Permenkes RI No.01/Birhubmas/I/1975
• Standar fisik : suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan
• Standar biologis : kuman parasit, pathogen, bakteri golongan koli (sebagai patokan adanya pencemaran tinja)
• Standar kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain
• Standar radioaktif : radioaktif yang mungkin ada dalam air
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri



B. Sumber Air Tawar

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air tawar dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, namun air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.

b. Air Permukaan
Air permukaan merupakan salah stu sumber penting bahan baku air bersih. Suber-sumber air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, laut, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, selokan,parit, bendungan dan sumur permukaan. Air terjun dapat dipakai untuk sumber air di kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan purifikasi bacterial.

Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan aparit mempunyai persamaan yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbauhan, ganggang, fungi dan lain-lain. Sedangkan air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang tinggi sehingga jika akan akan digunakan untuk air minum, air tersebut harus menjalai proses ion-exchange.

c. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian dari air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada air ini menyebakan air mengandung zat-zat mineral dlam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium logam berat seperti Fe dan Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.

C. Syarat-syarat Air Minum yang Sehat

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya di usahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar
b. Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat – zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang sehat, dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas, asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena air, maka air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.

D. Sumber-sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air minum dapat di proses menjadi air minum. Sumber – sumber ini dapat digambarkan :
1. Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
2. Air sungai dan air danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danua ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran – saluran ke dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus di olah terlebih dahulu.
3. Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari mata air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaaan tanah dari tempat yang satu ke yang lainnya berbeda – beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat , kareana kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
5. Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua didalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung ( tanpa melalui pengobatan )

E. Pengelolaan Air Minum Secara Sederhana

Sumber-sumber air minum pada umumnya dan pada khususnya di daerah perdesaan tidak terlindungi, sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan, untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu, ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain :
1. Pengolahan secara alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air yang diperoleh dari berbagai sumber seperti air danau, air kali, air sumur dsb. Didalam penyimpanan ini air didiamkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi kongulasi zat-zat yang terdapat di dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2. Pengolahan air dengan menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan krikil, ijuk, dan pasir.
3. Pengolahan air dengan menambah zat kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk kongulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan misalnya tawas. Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan / membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air misalnya chlor.
4. Pengolahan air dengan mengalirkan udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
5. Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman – kuman yang terdapat pada air, pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga, dilihat dari segi konsumennya pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Pengolahan air minum untuk umum
a. Penampungan Air hujan
Air hujan dapat di tampung di dalam suatu dam (danau buatan), yang di bangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialihkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat ditampung dengan bak-bak ferosemen, dan di sekitarnya air dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan air untuk umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur (danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin, untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri, misalnya dengan merebus air tersebut.


b. Pengelolaan Air sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampungan 1, melalui saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam parkitel besar. Bak penampung 1 tadi diberi saringan yang terdiri dari ijuk pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialihkan ke bak penampung ke II di sini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialihkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.

c. Pengelolaan Mata Air
Mata air yang secara alamiah tmbul di desa-desa cemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialihkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bamboo, atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi.

2) Pengolahan air untuk rumah tangga
a. Air sumur
Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah perdesaan masih mahal, di samping itu, teknologi masih dianggap tinggi untuk masyarakat perdesaan. Yang lebih umum di daerah perdesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat -syarat sebagai berikut :
• Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba air tanah tidak akan masuk ke dalamnya
• Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus di tembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur
• Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas).
• Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.
Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi menjadi 2 jenis :
a) Sumur Dangkal (shallow well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali diperhatikan.
b)Sumur Dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.
Tabel. perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam
Sumur Dangkal Sumur Dalam
Sumber air Air permukaan Air tanah
Kualitas air Kurang baik Baik
Kualitas bakteriologis Kontaminasi Tidak terkontaminasi
Persediaan Kering pada musim kemarau Tetap ada sepanjang tahun

Sumur Sanitasi
Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Untuk membuat sumur sanitasi, persyaratan berikut ini harus dipenuhi :
• Lokasi
Langkah pertama adalah menentukan tempat yang tepat untuk membangun sumur. Sumur harus berjarak minimal 15meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dsb.
• Dinding sumur
Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang disemen. Pelapisan dinding tersebut pling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.
• Dinding parapet
Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.
• Lantai kaki lima
Lantai kaki lima harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter ke seluruh jurusan melingkari sumur debgan keiringan sekitar 10 derajat kea rah tempat pembuangan air (drainase)
• Drainase
Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan parit agar tidak terjadi genangan air disekitar sumur.
• Tutup sumur
Sumur sebaiknya ditutup dengan penutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum. Tutup semacam itu dapat mencegah kontaminasi langsung pada sumur.
• Pompa tangan/listrik
Sumur harus dilengkapi dengan pompa tangan/listrik. Pemakaian timba dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi.
• Tanggung jawab pemakai
Sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena kontaminasi dapat terjadi setiap saat.
• Kualitas
Kualitas air perlu dijaga terus melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur, terutama pada saat terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya.
b. Air hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak jadi maslah, tetapi pada musim kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tendon (storage) untuk musim kemarau.